Berita Terkini

Jul 22, 2012

10 Langkah Strategis Pengendalian Ulat Bulu

10 Langkah Strategis Pengendalian Ulat Bulu yang dapat menjadi acuan masyarakat mengatasi ledakan hama secara mandiri berkelanjutan.

1. Pelestarian dan perbanyakan musuh alami seperti predator semut rangrang dan burung. Pelestarian musuh alami dilakukan salah satunya dengan tidak menangkap burung atau mengambil telur semut untuk makanan burung. Perbanyakan musuh alami dapat dilakukan membuat sarang semut dan digantungkan di pertanaman sehingga semut dapat tinggal dan berbiak di alam.

2. Pengendalian secara mekanis, yaitu dengan mengumpulkan ulat dan membakarnya.

3. Pemasangan lampu perangkap (light trap) untuk membunuh ngengat yang memiliki sifat aktif pada malam hari dan tertarik dengan cahaya.

4. Pemeliharaan dan pelepasan parasitoid, dengan cara mengumpulkan kepompong dan memasukannya kedalam botol plastik yang diberi lubang-lubang, sehingga ngengat tidak dapat keluar, sedangkan parasitoidnya dapat keluar.

5. Pemanfaatan agens hayati seperti jamur, virus, bakteri, dan nematode. Di alam ulat yang terserang virus atau cendawan atau musuh alami lainnya biasanya akan mati. Ulat yang mati selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber inokulum dan dapat digunakan sebagai pengendali alami. Ulat yang mati terserang virus pertama-tama dikumpulkan terlebih dahulu kemudian dihancurkan dengan ditumbuk. Materi yang telah hancur selanjutnya diencerkan dengan air dan siap disemprotkan ke pertanaman. Terhadap ulat atau pupa yang terserang cendawan pertama-tama dilakukan pemurnian cendawan setelah itu
cendawan diperbanyak pada media buatan seperti jagung. Spora yang dihasilkan dilarutkan dengan air dan siap disemprotkan ke pertanaman.

6. Pemasangan pembatas (burrier) pada batang pohon mangga berupa lem atau kain beracun, khususnya bagi ulat Arctornis yang sifatnya ketika malam naik ke atas untuk memakan daun dan siangnya turun ke batang untuk istirahat.

7. Apabila cara 1 – 6 belum berhasil, maka dapat digunakan insektisida alami yang relatif ramah lingkungan, diantaranya insektisda nabati (berasal dari tumbuhan), seperti mimba, tembakau, akar tuba, piretrum, gadung, suren dan lainnya. Perlu diketahui bahwa insektisa nabati bekerja lambat tidak seperti insektisida sintetis.

8. Apabila cara 1 – 7 belum berhasil, dapat digunakan campuran minyak tanah (2-5%) dengan sabun cair (2–5%) dan air (90-96%), lalu semprotkan ke ulat.

9. Apabila cara 1–8 belum berhasil, maka jalan terakhir menggunakan insektisida kimia sintetis yang daya racunnya rendah, serta persistensi dialam pendek (berlabel hijau).

10. Jangan menggunakan insektisida kimia sintetis untuk tindakan pencegahan, karena akan mengganggu keberadaan musuh alami dan mencemari lingkungan.

Sumber : Badan Litbang Deptan
Oleh : Agus Kardinan, Balittro-Bogor.