Kelompok tani Kema Mbale adalah salah satu kelompok tani dari 6 kelompok tani yang ada di Desa Wolotolo Tengah yang tergabung dalam kelompok belajar UP-FMA "Belut Sakti" dibawah kepengurusan bapak "Pius Harry" sebagai ketua, Sekretaris Bapak Fransiskus Wulu dan Bendahara Bapak Mathias Lae. Kelompok tani ini mendapat sentuhan dari program pemberdayaan petani melalui Teknologi dan informasi pertanian/P3TIP (Farmer Empowerment Through Agricultural/FEATI)
Sebagian besar penduduk Desa Wolotolo Tengah, secara khusus hidup dan mengandalkan hasil pertanian tanaman pangan perkebunan dan sayuran dengan komoditas unggulan adalah kemiri, kakao. Lahan yang tersedia adalah lahan kering dan sedikit lahan sawah, serta rata-rata tingkat pendidikan anggota kelompok tani rendah (dominan tidak tamat SD sampai tamat SD). Kehidupan ekomomi kelolompok tani menunjukkan ada peningkatan dilihat dari pendapatan usaha tani yang diterima sebelum pelaksanaan kegiatan Demonstrasi teknologi sayuran dan setelah demonstrasi dilakukan, sebelum penerapan kegiatan per petani mendapat uang dari hasil usaha tani sayuran per orang khusus dari sawi putih bangkok (ndevi) dengan pola tradisional dengan pola tradisional rp 10.000 sampai 15.000. setelah penerapan kegiatan demonstrasi teknologi sayuran setiap petani dari 24 orang anggota rata rata mendapat uang hasil penjualan sayuran (ndevi) rp 25.000 per minggu dan untuk kas kelompok sekarang telah mencapai rp. 4 juta dan rencananya akan dibagi pada oktober 2011 (sudah dibagikan). Kini kelompok tani Kema Mbale bisa hidup mandiri dan bersyukur selalu karena kehidupan yang berubah dan bisa lebih baik.
Diceritakan oleh Bapak Yoseph Marianus Meo, ketua kelompok tani Kema Mbale bahwa dengan kehadiran BPTP NTT melalui program Demonstrasi inovasi Teknologi berbasis sayuran petani merasa terbangun dan bersemangat, karena selama ini yang mereka inginkan untuk bisa mendapatkan dampingan dari penghasil teknologi pertanian dapat terwujud. Lebih lanjut Yoseph Marianus Meo berkata bahwa selama ini mereka bekerja sendiri sendiri tapi dengan adanya program tersebut masalah mereka di bidang penerapan teknologi dapat diatasi secara bersama-sama. Kehadiran BPTP NTT di tengah mereka telah membawa banyak perubahan terutama pengetahuan tentang teknologi di bidang pertanian maupun dari segi peningkatan pendapatan dan pola konsumsi, sebagai contoh ada seorang bernama mama Yuliana yang hanya mengusahakan satu jenis sayuran dengan luas lahan sempit, tetapi sekarang sudah berkembang lebih luas dan banyak jenis yang bisa ditanam, seperti jagung, kacang panjang, tomat, dan terong dengan luas mencapai 50 m x 50 m, dan bahkan tahun ini (2011) usaha sayuran ini sudah meluas bukan hanya pada lokasi demplot, tetapi berkembang di lokasi milik pribadi yang mencapai luasan di atas 2.5 hektar.
Sumber : Ir. Adriana Bire, MSc, Penyuluh BPTP NTT