Ilustrasi Sawah kebanjiran |
Pascabanjir yang menggenangi sekitar 200 hektar sawah dan puluhan kolam ikan di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, ratusan petani praktis tidak memiliki penghasilan.
Mayoritas dari mereka kini menganggur, mengandalkan penjualan bibit sawit, bekerja serabutan, dan beberapa yang berani kembali menebar benih ikan.
Said, petani di RT 06 Kelurahan Sungai Merdeka, Samboja, Selasa (31/1/2012), mengutarakan bahwa ia kini mengandalkan penjualan bibit sawit. Usaha pembibitan sawit skala kecil ini sebenarnya usaha sampingan karena pekerjaan utamanya bertani serta budidaya ikan lele dan nila.
"Tidak setiap hari bibit yang saya jual Rp 20.000 per buah ini laku. Tetapi, ya hendak bagaimana lagi. Sawah saya masih terendam air 50 sentimeter, sementara di sisi lain saya takut menebar benih ikan. Kalau hujan deras lagi, limpasan air sungai masuk kolam dan ikan-ikan saya mati lagi," kata Said.
Farida Hanum, Ketua Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama, Kecamatan Samboja, mengatakan, mayoritas petani sekarang menganggur. Hanya beberapa yang memiliki usaha sampingan pembibitan sawit. Belum ada petani di Samboja, yang mulai menebar benih ikan ke kolam, kecuali dirinya.
Petani dan warga di Samboja menduga banjir terjadi karena sawah dan kolam terkepung tambang batu bara. Di Kelurahan Sungai Merdeka, misalnya, tiga tambang terkepung. Bukit-bukit hilang dan habis ditambang, menyebabkan sungai tak sanggup lagi menampung air sehingga terjadi pelimpasan.
Di Kalimantan Timur, konsesi tambang terbanyak berada di kabupaten ini. Bahkan di Kecamatan Samboja saja terdapat 91 izin tambang.
Sumber: Kompas