Peruntukkan utama kedelai hitam di Indonesia adalah untuk bahan baku industri kecap. Keuntungannya selain meningkatkan kualitas kecap juga berpotensi meningkatkan nilai gizi terutama kandungan proteinnya. Kulitnya yang berwarna hitam prospektif sebagai antioksidan, karenanya di negara lain seperti Jepang, Korea, Taiwan, olahan makanan berasal kedelai hitam sangat banyak dan sangat populer.
Selama 94 tahun (1918 – September 2012) sejarah pemuliaan kedelai di Indonesia, Kementerian Pertanian telah melepas 73 varietas kedelai, tujuh diantaranya adalah varietas kedelai hitam. Varietas Otau, No. 27 dan Merapi dilepas pada periode awal kegiatan pemuliaan di Indonesia (1918 – 1938). Pada tahun 2008, dilepas dua varietas kedelai hitam yakni Detam 1 dan Detam 2.
Gelar Teknologi Kedelai Hitam dan Temu Lapang di Desa Sumberbanteng, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Sabtu (29/9/2012) diadakan Badan Litbang Pertanian dalam perannya menggerakkan produksi kedelai nasional. Lahan seluas lima hektar ditanam dengan varietas Detam 1, Detam 2, serta Cikuray dan Mallika. Disampaikan pada acara panen raya, bahwa dalam kondisi kering seperti saat ini, Detam 1 dan Detam 2 masih mampu berproduksi di atas 2,0 t/ha.
Sirep, salah satu petani, membandingkan Detam 1 dengan Mallika. Detam 1 memiliki buku subur mencapai 12 buah daripada varietas Mallika. Selain itu, biji per polong Detam 1 mencapai rata-rata tiga buah dengan ukuran yang lebih besar. Ini berarti produksi Detam 1 lebih tinggi dibandingkan Mallika.
Kepala Puslitbang Tanaman Pangan Dr. Hasil Sembiring menyampaikan bahwa gelar teknologi kedelai hitam ini diharapkan menjadi contoh nyata di lapang dan inovasi litbang tersebut diharapkan dapat diadopsi oleh petani dan pelaku usaha kedelai hitam.
Litbang Deptan