Litter/Alas Kandang Unggas |
Litter atau material alas kandang peternakan unggas, yang di Indonesia umumnya memanfaatkan sekam padi, produk bekas pakainya banyak diburu. Litter yang sarat dengan kotoran ayam ini memiliki nilai ekonomis tersendiri karena diminati para petani untuk digunakan sebagai pupuk tanaman.
Setidaknya 15 ton litter plus kotoran unggas dihasilkan setiap siklus dari peternakan broiler (ayam pedaging) yang populasinya sekitar 20 ribu ekor. Litter akan habis dibeli oleh petani untuk dimanfaatkan sebagai pupuk di perkebunan, seperti untuk sayur–sayuran, pepaya, dan pisang.
Sudah menjadi kebiasaan, litter dan kotoran pascapanen broiler ini ditunggu–tunggu oleh petani. Selesai dikarungkan, litter dan kotoran langsung diambil dari kandang tanpa diolah terlebih dahulu.
Litterdan kotoran ini memiliki kelas, dengan masing-masing kelas memiliki harga jual berbeda. Dipasaran, limbah kelas 1 yang berupa kotoran murni dihargai Rp 12.000, sementara kelas 2 berupa kotoran yang bercampur sekam Rp 9.000, dan kelas 3 berupa sekam saja Rp 3.000 per karungnya.
Diolah Agar Aman
Meskipun demikian, sebenarnya litter yang mengandung kotoran ini berpotensi menjadi sumber penularan penyakit jika tidak diolah terlebih dahulu. Menurut Ahli Mikrobiologi, litter bekas pakai ini merupakan waste product (produk buangan) yang perlu dikelola secara baik karena berkaitan erat dengan kesehatan unggas yang dipelihara. Litter dan kotoran unggas dapat berperan dalam penularan penyakit sehingga manajemen waste product juga merupakan kunci keberhasilan suatu usaha peternakan.
Dalam litter pasca panen unggas terkandung material litter, kotoran dan bulu ayam. Karena itu banyak mikroorganisme berkembang di dalamnya, antara lain bakteri, virus, parasit (koksidia) dan jamur. Bahkan antibiotik dan vaksin pun mungkin saja bercampur karena ekskresi antibiotik bersama kotoran atau tumpah dengan air saat pengobatan dan pemberian vaksin.
Sementara, biasanya petani melakukan penanganan sederhana untuk menekan kekhawatiran adanya potensi penyebaran penyakit. Litter dan kotoran itu dibiarkan selama seminggu, lalu dicampur dengan tanah dan kapur sebelum disebarkan ke tanaman. Dengan demikian diharapkan bisa mematikan mikroorganisme.
Namun ada cara lain. Berdasarkan karakter litter yang terdiri dari sekam dan kotoran maka sebaiknya dilakukan proses kompos lebih dahulu sebelum didistribusikan sebagai pupuk. Proses kompos dapat menghasilkan panas yang memungkinkan mikroorganisme pada litter mati sehingga lebih aman digunakan. Kualitas pupuknya pun menjadi lebih baik apalagi jika ditambahkan bakteri pengurai tertentu.